RUSIA DAN UKRAINA
Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali
mengklaim bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu bagian dari peradaban Rusia, yang
juga mencakup Belarusia. Namun klaim itu dibantah oleh Ukraina. Kemudian
Ukraina melakukan revolusi selama dua kali, yakni pada tahun 2005 dan 2014,
yang menolak supremasi Rusia. Ukraina juga terus mencari jalan agar dapat
bergabung Uni Eropa dan NATO.
Rusia pun menolak keras langkah tersebut
dan meminta Ukraina untuk 'tak pernah bergabung dengan NATO atau North Atlantic
Treaty Organization, yang di awal pendiriannya memang bertujuan melawan ancaman
ekspansi Rusia pascaperang di Erop
Putin sangat marah dengan prospek pangkalan
NATO di sebelah perbatasannya dan mengatakan bergabungnya Ukraina dengan
aliansi transatlantik pimpinan AS akan menandai perlintasan garis merah antar
keduanya . sebelumnua NATO mengatakan
bahwa ia tidak akan menambah 1incipun ke daerah bagian timur, bahkan jika
ukraina bergabung dengan NATO hsruslah mendapat persetujuan terlebih dahulu
dari 30 negara anggota NATO
Saat revolusi Ukraina pada 2014, terjadi
protes besar-besaran untuk menggulingkan presiUkrainaden yang pro-Rusia bernama Viktor Yanukovych.
Kala itu, Viktor menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan
yang lebih dekat dengan Moskow. Saat penggulingan Viktor, Rusia mencaplok
Semenanjung Krimea di Ukraina dan mendorong pecahnya sebuah pemberontakan
separatis di timur Ukraina. Saat itu, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim
pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Rusia membantahnya dan
menuduh orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.
Pada 2015, dengan penengah Prancis dan
Jerman, Rusia dan Ukraina melakukan perjanjian damai untuk mengakhiri
pertempuran skala besar. Namun upaya tersebut gagal mencapai penyelesaian
politik.
Uni Eropa dan AS telah memberlakukan
serangkaian tindakan sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Krimea dan
Ukraina timur, termasuk sanksi ekonomi yang menargetkan individu, entitas, dan
sektor tertentu dari ekonomi Rusia.
Pendapat ahli
Situasi di Ukraina yang sudah bereskalasi
dengan penggunaan senjata terjadi karena ada dua narasi yang berbeda antara
Rusia dan Ukraina.
Guru besar hukum internasional Universitas
Indonesia Hikmahanto Juwana menceritakan dua narasi tersebut;
"Dalam perspektif Rusia, operasi militer
yang dilancarkan adalah dalam rangka kerja sama pertahanan antara Rusia dengan
dua Republik yang baru saja mendapatkan pengakuan dari Rusia atas
kemerdekaannya dari Ukraina yaitu Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat
Luhansk,” ujar Hikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis yang dikutip
Solopos.com dari Antara.
Indonesia perlu mengingatkan pada Rusia
dalam penggunaan kekerasan (use of force) di Ukraina wajib mematuhi hukum
humaniter. Hukum humaniter merupakan aturan dalam hukum internasional bila
konflik bersenjata terjadi. "Salah satu hukum humaniter yang harus
dipatuhi adalah perlindungan terhadap rakyat sipil yang tidak berstatus sebagai
kombatan, " Disamping itu, katanya, serangan senjata hanya ditujukan ke
instalasi militer maupun institusi pemerintah. "Tidak seharusnya
permukiman ataupun apartemen serta rumah sakit menjadi sasaran," ucapnya.
Dampak Perang antara Rusia dan Ukraina
Pakar Hubungan Internasional (HI) Radityo
Dharmaputra mengatakan akan ada dampak yang terjadi bagi Indonesia atas konflik
Rusia-Ukraina.
"Dampak ekonominya seperti harga
minyak dunia yang melonjak. Lalu, mungkin ada harga beberapa komoditas yang
kita (Indonesia) impor ekspor ke Ukraina juga ikut goyah karena konflik
ini,"
Menurut dosen HI Universitas Airlangga
(Unair) itu, ada juga dampak politik yang harus diukur.
"Kalau invasi ini dibiarkan, akan jadi
preseden (anggapan) bahwa negara bisa menginvasi negara tetangga dengan argumen
'kesamaan etnis', padahal kita tahu banyak negara di Asia dan Afrika multietnis,"
jelas pria yang sedang menempuh doktoral di University of Tartu, Estonia itu.
Dia menambahkan, dampak lainnya adalah soal
posisi Tiongkok. sampai saat ini
Tiongkok masih diam saja. Namun, situasi Ukraina ini bisa paralel dengan Taiwan
dan Laut Cina Selatan.
Kalau yang diinginkan adalah agar NATO
mundur dari kawasan bekas Soviet dan bernegosiasi lagi dengan Rusia, penempatan
pasukan di perbatasan saja sudah cukup. Tidak perlu sampai masuk,"
masuknya Rusia ke Ukraina adalah
pelanggaran hukum internasional secara terang-terangan. Hal itu membuat semua
negara lain merespons dan bersimpati pada Ukraina.
Hikmah
Saat semua pihak membela diri mereka
sendiri dengan berlandaskan keamanan, maka disitu kita tahu bahwa mereka sedang
memikirkan diri mereka sendiri, yang pada akhirnya berujung salahfaham dan
terjadi konflik yang terus memanas, mementingkan keamanan mereka sendiri memang
betul, dan itu harus dilakukan, akan tetapi kita tahu bahwa tujuan utama dari
sebuah persatuan dan kesatuan yaitu tercipta nya dunia yang utopia, yang
tentram, serta damai.
Lebih baik membunuh satu orang tampan dari
pada membunuh satu kota orang yang buruk rupa.