CINTA SEJATI



Nama ku Mahmed. Sedari kecil aku tidak punya teman sejenis ataupun lawan jenis kecuali satu seorang sahabat. Yaitu Salsa. Sejak kecil kami selalu melewati ribuan jam bermain bersama, ribuan menit jalan yang tapaki bersama dan ribuan detik tidak pernah terpisahkan.

Hingga dewasa kami memilih sekolah yang sama, bahkan terkadang kami janjian memakai warna baju yang sama. Sampai-sampai meskipun sudah dewasa kami memilih satu bangku dan memang tidak ada satupun dari guru yang curiga serta menafikan atas kedekatan kami. Sebab, kami seperti sodara adik kakak.


Dan di penghujung akhir tahun tamat sekolah akhir, akhirnya kami dipisahkan oleh takdir. Disaat diwisuda dia membisiki ku.

"Aku akan pergi mengambil beas...."


Aku setengah mati mendengar nya menahan diri untuk tidak terbawa perasaan. Lidahku seperti diiris tipis dengan silet tidak bisa merespon nya langsung. Ku coba selidiki menatap matanya untuk meyakinkan ucapannya. Tapi dia tetap diam seperti menahan sesuatu yang ingin dikatakannya, namun tidak mampu melanjutkannya.


"Tapi kita selalu menjadi sahabat kan? Kamu lihat, apa jadinya aku tanpa kamu? Karena kamu, aku bisa lulus meskipun tidak seperti kamu yang mendapatkan beasiswa itu". Canda ku.


Dia hanya dia dan mengangguk merespon atas candaku. Lantas ia bertanya pelan dengan nada cemas "bolehkah aku meminta sesuatu pada mu sebelum kita berpisah untuk menjalani masa depan?"


"Apa itu? Langsung katakan saja, aku tidak akan memberikan apapun untuk sahabat ".


Lantas ia mengambil 2 buah kertas kosong dan pulpen dari tasnya.

"Ambil ini satu, aku ingin kamu -dan aku- menuliskan perjanjian atas ikatan persahabatan kita. Dan syarat suratnya punya ku boleh di buka saat kamu menikah, sedangkan punya mu akan aku buka saat aku menikah".

Matanya menatapku penuh kesungguhan. Sedangkan aku membalasnya dengan keraguan.


"Maksud kamu?..." Aku mengerutkan kening sambil garuk kepala yang tidak gatal.


"Lakukan saja, aku ingin kamu menuliskannya".


Ku perhatikan, ia sudah memulai menulis. tanpa ragu ia menulis:

"Mahmed, aku tidak bisa berjanji bahwa hubungan kita sebatas sahabat selamanya... Sebab aku telah jatuh cinta padamu"


"Aku tidak bisa berjanji bahwa aku mampu hidup tanpa mu..... Sebab aku selalu ingin hidup berdampingan bersamamu"


"Aku tidak bisa berjanji bahwa aku akan menerima hubungan serius dengan orang lain.... Sebab aku tidak bisa melupakan mu".


Sebelum aku menulis, aku coba menatap kedua matanya. Lalu aku mengambil nafas sedikit. Lalu aku memulai menulis:

"Aku berjanji, tidak akan jatuh cinta pada mu"


"Aku berjanji, hubungan kita hanya sebatas sahabat selamanya. Tidak lebih dan kurang"


Aku berjanji akan menikah dengan seseorang selain kamu".


***


3½ tahun kemudian.


Setelah kami sudah lulus dari tempat kita belajar masing-masing. Kami pun janjian mengadakan pertemuan di tempat dulu kita sering menghabiskan waktu berdua. Dan sama sekali tidak membicarakan bahwa ia dijodohkan oleh orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Akupun tidak berani menanyakan hal itu, meskipun mendengar cerita dari teman kelas nya dia. Sebab, aku tidak ingin pertemuan itu dirusak oleh pembicaraan yang tidak enak.


Sedangkan, aku menceritakan bahwa beasiswa yang aku dapat untuk melanjutkan S2 ku di luar negeri. Sebab, kuliah di luar negeri adalah bagian yang selalu aku doakan setiap beribadah. Dan memungkinkan, aku tidak bisa menghadiri pernikahan nya jikalau dilaksanakan 2 sampai 3 tahun ke depan.


***


5 tahun kemudian.


Aku mendatangi rumahnya, tenyata di depan rumahnya ada anak kecil perempuan sedang bermain. Ku coba sapa.

"Nak, ibu mu ada?"


"Adhaa, om". Jawabnya.


"Coba minta tolong kasih kan kertas ini kasihkan kepada ibu mu untuk om". Pinta ku

Lantas, ia masuk kerumahnya seraya memanggil nama ibunya.


"Terima kasih ya.." Ucap ku sambil mengelus kepalanya sebelum ia masuk ke dalam rumah. Belum hilang sepenuh badan anak itu, aku langsung balik pulang kembali ke rumah.


***


3 bulan kemudian.


Hari ini adalah hari pernikahan kedua kalinya dia. Setelah 1 tahun sepeninggalan suaminya. Rumahnya sudah ramai para keluarga besar dan kerabat-kerabat dekatnya dan bukan hanya ramai dengan orang, tapi rumahnya sudah dihias dengan indah untuk menyambut mempelai pria. Akan tetapi, disela-sela keramaian bahagia, mempelai wanita kembali menangis didalam diam. Seperti pernikahan dengan suami pertamanya dulu.


Entah, tidak ada satupun orang tahu apa yang dirasakannya. Mempelai wanita akhirnya dengan pesona yang anggun mempelai wanita yakin menuju ke pelaminan menghampiri mempelai pria setelah baru selesai melakukan akad nikah. Namun, mempelai wanita tidak berjalan sendirian, ia berjalan sambil menuntun putri dengan suami sebelumnya yang masih berumur 2 tahun. Dan pada akhirnya, ia menikah dengan cinta sejatinya. Sahabat nya sendiri. Yaitu aku.


Akupun membungkuk diri seraya meraih tangan anaknya.

"Sekarang, sebelum aku meminang ibu mu. Apakah kamu mau mulai sekarang jangan sebut om lagi. Panggil sebutan ayah?". Rayu ku.


Belum juga ia menjawab, tiba-tiba ia sudah memelukku dengan erat. Akupun merangkul membalasnya. Disaat dalam pelukan, aku coba membuka mata menatap wajah ibunya, Salsa. Ternyata, Salsa menjatuhkan airmata tanpa ia sadari.


"Kamu tidak apa-apa kan, salsa?".


"Tidak apa-apa. Di pernikahan sebelumnya aku meneteskan air mata setelah membaca perjanjian. Dan sekarang, aku kembali menangis untuk kedua kalinya. Bedanya pertama, aku menangis karena sedih baru mengetahui bahwa kamu juga mencintai ku, sedangkan untuk keduakalinya aku menangis karena bahagia".


"Apakah sekarang kamu masih menc.......?". 


Lantas ia langsung memelukku dengan erat.

"Dulu, aku menikah terpaksa karena dijodohkan. Meskipun aku menikah, tapi hati ku tidak pernah ku berikan kepada siapapun kecuali kamu. Sungguh, aku masih tetap mencintai mu". Jawabnya sambil memeluk. Akupun membalas pelukannya.


Tepat, dibawah perjanjian yang ku tulis. Bertuliskan.

"Semua janji yang ku tulis di atas adalah semua janji kelak akan ku langgar".

Dan surat perjanjiannya keduanya ku tulis.

"3 bulan mendatang. Tepat pada tanggal hari lahir mu, aku akan datang ke sini memenuhi janjiku dulu. Meskipun kamu sudah mempunyai anak. Aku tetap mencintaimu apapun keadaan mu sekarang".


End.

Share:

Ketua Umum HIMAHISYA

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Recent Posts